bulat.co.id -MEDAN |
Kondisi krisis bahan baku karet yang melanda Sumatera Utara (Sumut) ternyata
berdampak pada tutupnya sejumlah pabrik karet yang ada di wilayah itu.
Dari data, tercatat ada sembilan pabrik karet terpaksa tutup
karena kekurangan bahan olah karet (bokar).
Gabungan Pengusaha Karet
Indonesia (Gapkindo) Sumut mencatat, saat ini kapasitas terpasang pabrik
pengolahan
karet alam di Sumut tercatat 886.484 ton per tahun. Namun, produksi
bahan baku
karet belum mampu memenuhi kapasitas pabrik yang ada.
Baca Juga :Dua Kepsek Terjaring OTT di Sergai Masih Dalam Penyelidikan
"Besarnya kapasitas ini tidak didukung oleh
ketersediaan bahan olah
karet (bokar) yang cukup dari Sumatera Utara. Bahkan
dari tahun ke tahun jumlah bokar yang dapat dipasok dari perkebunan yang ada di
Sumut semakin berkurang," ungkap Sekretaris Eksekutif
Gapkindo Sumut,EdyIrwansyah,
Jumat (14/7/23).
Pada paruh pertama tahun ini, total produksi karet
di Sumut baru sebanyak 184.084 ton. Dengan demikian, utilisisainya masih sangat
kecil. "Berarti utilisasinya hanya
41,53 persen bila disetahunkan," ungkap Edy.
Sumut yang disebut memiliki kebun
karet cukup
luas, malah hanya menyumbang pasokan sekitar 38,75 persen bahan baku.
Selebihnya, pabrik harus mengambil bahan baku dari 14 daerah lain di luar Sumut.
Baca Juga :Putra Ketua SMSI Madina Jadi Paskibraka di Istana Negara
Beberapa daerah yang menyumbang pasokan bahan baku
ke Sumut antara lain Riau 20,32 persen, Lampung 17,43 persen, Aceh 8,21 persen,
Jambi 5,21 persen dan Kepri 3,39 persen. Sisanya di bawah 2 persen.
Dari rata-rata pasokan Sumut pada semester I
2023,bila dibandingkan dari total kapasitas terpasang hanya menyumbang pasokan
8,05 persen.
Edy menyebutkan bahwa dampak krisis bokar ini
menyebabkan banyak pabrik yang tutup yang terhitung sejak tahun 2016.
Baca Juga :Seleksi Calon Pemain Tinas U-17 Berlangsung di Palembang
"Dampak langsung semakin berkurangnya Bokar ini
adalah semakin banyaknya pabrik pengolahan
karet remah yang tutup. Sejak 2016
hingga kini ada 9 pabrik yang tutup," kata Edy.
Adapun sembilan pabrik yang tutup itu yakni di
Langkat, dua pabrik Simalungun, Batu Bara, Deliserdang, dua pabrik di Asahan,
Sedang Bedagai dan Tebing Tinggi.
"Jika kondisi ini terus berlanjut, maka makin
banyak pabrik yang akan tutup," pungkas Edy.