Kamu Harus Tahu, Ini 5 Ulama Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Berkorban Sampai Rela Jalan Kaki 18 Hari

Hendra Mulya - Kamis, 09 November 2023 09:45 WIB
Kamu Harus Tahu, Ini 5 Ulama Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Berkorban Sampai Rela Jalan Kaki 18 Hari
Internet

KH Syam'un pernah bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Dalam PETA, jabatannya sebagai Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang. Ia juga sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang.

Karier KH Syam'un di ketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945–1949. Pada awal kemerdekaan, KH Syam'un berhasil meredam gejolak sosial di Banten, peristiwa itu terkenal dengan peristiwa Dewan Rakyat pimpinan ce Mamat.

4. Kiai Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani
KH Tubagus Ahmad Chatib adalah seorang ulama, pejuang, dan perintis kemerdekaan Republik Indonesia dari Banten. Ia lahir di Pandeglang, Banten, pada tahun 1855. Pada tanggal 19 September 1945, Ir Soekarno selaku Presiden Republik Indonesia mengangkat Ahmad Chatib menjadi Residen Banten yang menangani administrasi dan pemerintahan sipil, serta menangani segala unsur militer.

Pada masanya ini, ia juga pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan Indonesia seperti Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), bahkan pernah menduduki kursi MPRS dan BPPK.

Selain aktif dalam menggerakan roda pemerintahan, dalam usahanya ia juga memajukan agama dan umat. Ahmad Chatib merupakan pencetus berdirinya Majelis Ulama, Perusahaan Alim Ulama (PAU), serta mendirikan perguruan tinggi seperti Universitas Islam Maulana Yusuf yang di kemudian hari berganti nama menjadi IAIN Sunan Gunung Jati, Banten.

5. Kiai Iskandar Sulaiman
Iskandar Sulaiman terlahir dari keturunan bangsawan yang kaya raya, dan ia dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan, sama sekali tidak menampakkan kesombongan. Selepas perjalanannya dalam menuntut ilmu di Pesantren Tebuireng.

Dengan kekayaannya itu digunakan untuk memakmurkan masyarakat di sekitarnya sekaligus memperkenalkan NU kepada masyarakat. Ia juga turut mendirikan beberapa unit pendidikan seperti madrasah dan kegiatan penunjang lainnya.

Karier Iskandar Sulaiman tidak hanya berhenti sebagai seorang pengajar saja, di masa menjelang dan setelah masa kemerdekaan ia aktif di dunia kemiliteran. Semangat nasionalisme selalu terpancar dari sosoknya. Perjuangan itu terus dia lakukan sampai pangkat terakhir yang pernah diraih sebagai seorang kolonel.

Penulis
: Redaksi
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru