bulat.co.id -
GAZA | Kepala Urusan Kemanusiaan
PBB Martin Griffiths sebut
Gaza sudah
tidak dapat dihuni, setelah tiga bulan
perang Israel-Hamas, dan bencana kesehatan masyarakat sedang terjadi di sana.
"Orang-orang di
Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi yang pernah tercatat dan
kelaparan massal akan segera terjadi," ujar Martin Griffiths pada Jumat (5/1/24).
Wakil Sekretaris Jenderal
PBB untuk urusan kemanusiaan itu mengatakan puluhan ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas atau terluka. Banyak keluarga tidur di tempat terbuka karena suhu udara turun menjadi sangat dingin. Kemudian kawasan di mana warga
Palestina diminta untuk pindah telah di bom.
Beberapa rumah sakit yang berfungsi kini kewalahan dan kekurangan pasokan. Penyakit menular menyebar, dan di tengah kekacauan tersebut, sekitar 180 wanita
Palestina melahirkan setiap hari.
Griffiths menegaskan kembali tuntutan
PBB untuk segera mengakhiri
perang dan pembebasan semua sandera. "Sudah waktunya bagi komunitas internasional untuk menggunakan seluruh pengaruhnya untuk mewujudkan hal ini," tegasnya.
Dia mengatakan komunitas kemanusiaan menghadapi misi hampir mustahil untuk bisa membantu lebih dari 2 juta orang di Gaza, di saat para pekerja bantuan terbunuh, pemadaman komunikasi terus berlanjut, jalan-jalan rusak, konvoi truk membawa bantuan ditembaki.
Sementara itu, badan anak-anak
PBB UNICEF mengatakan, sebagian besar anak kecil dan perempuan hamil di Jalur
Gaza tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dasar mereka. "Anak-anak di Jalur
Gaza menghadapi tiga
ancaman mematikan pada kehidupan mereka, ketika kasus penyakit meningkat, gizi buruk dan meningkatnya permusuhan," kata UNICEF.
"Ribuan anak telah meninggal akibat kekerasan tersebut, sementara kondisi kehidupan anak-anak terus memburuk dengan cepat, dengan meningkatnya kasus diare dan meningkatnya kesulitan pangan di kalangan anak-anak, meningkatkan risiko meningkatnya kematian anak," tambahnya.
Hanya sedikit bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah
Palestina itu. Kurang dari 200 truk bantuan masuk setiap hari, kurang dari setengah jumlah truk bantuan sebelum perang, dan kelompok bantuan mengatakan pertempuran telah menghambat distribusi bantuan.
"Anak-anak di
Gaza terjebak dalam mimpi buruk yang semakin memburuk dari hari ke hari," kata Catherine Russell, direktur eksekutif UNICEF.
"Anak-anak dan keluarga di Jalur
Gaza terus terbunuh dan terluka dalam pertempuran tersebut, dan mereka yang masih hidup semakin berisiko akibat penyakit serta kekurangan makanan dan air. Semua anak-anak dan warga sipil harus dilindungi dari kekerasan dan memiliki akses terhadap layanan dan pasokan dasar," katanya.
UNICEF mengatakan pihaknya sangat khawatir terhadap gizi lebih dari 155.000 perempuan hamil dan ibu menyusui, serta lebih dari 135.000 anak balita, mengingat kebutuhan dan kerentanan gizi spesifik mereka.
Para pejabat
PBB sebelumnya mengatakan bahwa satu dari empat warga
Gaza mengalami kelaparan.
UNICEF mengatakan kasus diare pada anak di bawah usia 5 tahun telah meningkat dari 48.000 menjadi 71.000 hanya dalam satu minggu sejak 17 Desember, setara dengan 3.200 kasus diare baru per hari, yang merupakan indikasi gizi buruk. Biasanya, hanya 2.000 kasus diare yang dilaporkan setiap bulannya di Jalur Gaza.