bulat.co.id -Tak ada yang menyangka Shintia Indah Permatasari (25 tahun), wanita asal Kota Pariaman, memilih mengakhiri hidup dengan cara yang tragis.
Shintia ditemukan tewas dalam kondisi tergantung dengan mukena yang diikat di lemari, di dalam kamar di salah satu penginapan syariah di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (13/11).
Kasus ini kemudian menjadi viral diperbincangkan di media sosial. Latar belakang Shintia yang jadi perhatian.
Ya. Wanita muda itu akan menikah dengan seorang polisi lulusan Akademi Polisi alias Akpol. Pernikahan akan berlangsung pada 14 Januari 2024 di Padang.
"Calon suami Shintia polisi yang bertugas di Ternate. Akpol (Akademi Kepolisian). Sudah proses (nikah). Sudah sidang BP4R," kata saudara Shintia, Rizki melansir kumparan, Jumat (17/11).
BP4R yang dimaksud adalah Badan Pembantu Penasihat Perkawinan Perceraian dan Rujuk.
Keberadaan Shintia di Padang sebenarnya untuk mengurus surat-surat pernikahan.
Uang Jemput Rp 500 Juta
Di media sosial, kasus ini ramai dikaitkan dengan uang jemput pernikahan Rp 500 juta.
Di Pariaman, ada tradisi Bajapuik yaitu keluarga pengantin perempuan menjemput mempelai laki-laki dengan sejumlah uang atau benda yang bernilai.
"Segala isu terkait uang jemput pernikahan Rp 500 juta, tidak ada itu. Buktinya sudah sidang," ujar Rizki.
Rizki pun mengungkap segala persiapan pernikahan sudah dilakukan.
"Sudah 85 persen persiapan pernikahan. Tidak ada kami dari pihak perempuan membatalkan, begitu pun pihak laki-laki juga tidak," katanya.
Ia menduga ada dorongan lain yang membuat Shintia bunuh diri.
"Pasti ada dorongan adik kami kenapa bisa (bunuh diri) seperti itu. Mudah-mudahan benar itu adalah murni bunuh diri. Kalau pun ada tekanan ucapan verbal, siapa orangnya? Kan bisa saja terjadi. Masalah di keluarga tidak ada. Uang jemput sudah selesai. Tahapan itu sudah lewat. Jadi apa masalahnya lagi sehingga bunuh diri? Siapa orang yang menjadi indikasi penyebab bunuh diri?" ujar Rizki.
Penelusuran Polisi
PS Kapolsek Padang Barat, AKP Yudarman Tanjung, mengatakan Shintia memesan kamar penginapan hanya seorang diri.
Shintia dan keluarga biasa menginap di penginapan tersebut.
"Memang korban sering menginap bersama keluarganya sebelumnya di penginapan ini. Sudah sering. Ini penginapan syariah," ujar Yudarman.
Yudarman menyebut dugaan bunuh diri muncul berdasarkan laporan dari pihak penginapan yang bilang kamar penginapan terkunci dari dalam.
"Kami minta izin buka paksa pintu. Setelah pintu terbuka kemudian ternyata memang korban telah tergantung. Ketika itu belum kami sentuh, kami lakukan Olah TKP dulu," ujar Yudarman.
Yudarman menyebutkan, kamar tidak berserakan, masih rapi. Begitu juga dengan barang-barang berharga korban tidak ada yang berceceran.
"Setelah Olah TKP, baru korban kami turunkan. Posisi tergantung di lemari. Kebetulan lemari itu ada sedikit muncul untuk bisa menggantung," sambungnya.
Setelah diperiksa, diidentifikasi dan pengecekan pihak kepolisian menyatakan tubuh Shintia tidak ditemukan adanya unsur kekerasan atau penganiayaan dari benda tumpul. Setelah mengumpulkan barang bukti, jenazah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Padang.
Tak Direstui Keluarga Calon Suami
Usut punya usut, perjalanan kisah asmara Shintia Indah Permatasari dengan kekasihnya tak berjalan mulus.
Menurut kesaksian seorang MUA yang pernah merias Shintia, pihak keluarga calon suami disebut kerap mempersulit keadaan.
Bahkan, Shintia sempat dimintai uang panjapuik sebesar Rp1,5 miliar.
"Awalnya pihak keluarga cowok minta uang panjapuik Rp1,5 M namun setelah dinegoisasi deal Rp500 juta," tulis dalam akun TikTok @monanamina.
Tak berhenti sampai di situ, pihak keluarga calon suami kembali mempersulit dengan meremehkan Shintia karena bukan orang kaya dan hanya lulusan D-3.
"Dari pihak cowok mengatakan merestui namun mempersulit keadaan seakan tidak restu karena anaknya AKPOL menikah dengan Shintia yang hanya lulusan D3 IPB," tulisnya lagi.
Selain itu, pihak keluarga Shintia pun ikut buka suara terkait permasalahan yang kerap menyudutkan perempuan berusia 23 tahun itu.
Dikatakan bahwa selama ini Shintia selalu sabar selalu ketika kerap dibanding-bandingkan dan ditekan oleh keluarga calon suami.