Virus Babi yang Tersebar di NTT Kemungkinan Bisa Menular ke Manusia

- Kamis, 19 Januari 2023 16:00 WIB
Virus Babi yang Tersebar di NTT Kemungkinan Bisa Menular ke Manusia
Istimewa
Ilustrasi
bulat.co.id -Heboh puluhan ekor babi di Nusa Tenggara Timur mati mendadak. Babi tersebut berasal dari peternakan di Kupang dan Flores Timur.

Temuan awal puluhan babi mati diduga akibat terpapar virus flu babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Hasil observasi Dinas Peternakan Kupang mencatat 48 ekor babi mati mendadak dengan gejala klinis demam tinggi dengan suhu tubuh di atas 39 derajat celsius. Sementara itu ada 30 ekor babi di Flores Timur yang mati dalam sebulan terakhir.

Baca Juga:Waspada, Kasus Campak di Indonesia Meningkat

Mungkinkah Menular ke Manusia?

Kabar baiknya, hingga saat ini tidak ada bukti penularan demam babi Afrika. Pakar biosecurity Dicky Budiman menyebut ASF bukan termasuk zoonosis atau penyakit yang 'lompat' dari hewan dan menular ke manusia. Kebanyakan infeksi demam babi Afrika terjadi di peternakan, juga di hutan.

"Nah ASF ini menyerang dengan cara yang sangat cepat, demam babi Afrika ini sangat cepat menyerang wilayah-wilayah peternakan. Karena memang, yang kita tahu peternakan babi umumnya tidak ada sanitizing dan hygiene-nya memburuk, umumnya," kata Dicky, Kamis (19/1/2023), dilansir detikcom.

ASF disebut Dicky bersifat akut dan memiliki angka kematian hingga 100 persen. Jadi, babi-babi yang terkena, sudah dipastikan tidak selamat.

Dampaknya, bisa berimbas ke perekonomian, khususnya negara yang memiliki bisnis peternakan babi. Kematian akibat terpapar African Swine Flu ini bahkan terjadi dalam dua hingga 10 hari.

"Tapi ASF ini bukanlah ancaman kepada kesehatan manusia, dan sejauh ini tidak ada potensi, tidak ada bukti penularan dari babi ke manusia, jadi penyakit african swine ini dia memang mudah menyebar di hewan babi hutan dengan angka kematian 100 persen, tapi ini bukan zoonotik disease jadi dia tidak menjangkit manusia," sambungnya.

Meski tidak berbahaya bagi manusia, bukan tidak mungkin suatu saat ada perubahan mutasi virus yang kemudian memicu risiko transmisi tersebut. Karenanya, pemerintah harus memastikan penularan tidak terus terjadi dan sebisa mungkin memangkas infeksi hingga nol kasus.

"Meskipun saat ini belum terbukti kita tidak boleh mengundang maslahah, artinya eradikasi dari penyakit-penyakit pada hewan seperti ini. Iya itu tentu berpotensi ke depan jika tidak kita cegah sejak awal," kata Dicky.

Hal yang penting dilakukan kembali ditekankan Dicky untuk memastikan memutus penularan virus, sehingga tidak ada risiko 'carrier' atau infeksi yang terbawa ke manusia.

Penulis
:
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru