Pindang Tetel Kuliner Khas Kota Batik Pekalongan

- Minggu, 05 Maret 2023 13:10 WIB
Pindang Tetel Kuliner Khas Kota Batik Pekalongan
Istimewa
Salah satu pedagang pindang tetel di Pekalongan.

bulat.co.id - Berkunjung ke kota Pekalongan kurang lengkap rasanya apabila tanpa menikmati kuliner khas Pekalongan Jawa Tengah. Bukan hanya Nasi Megono dan Soto Tauto. Selain dua kuliner itu, ada juga yang populer di sini yaitu pindang tetel.

Walaupun namanya pindang tetel, kudapan makanan ini bukan dari ikan pindang. Makanan ini mirip seperti rawon, berkuah. Warna kuahnya coklat kehitam-hitaman, berisi tetelan daging sapi, dan kerupuk usek.

Baca Juga: Keunikan Kedai Bakso di Pemalang, Makan Sepuasnya Bayar Seikhlasnya

Salah satu warung pindang tetel legendaris ada di kawasan kuliner daerah Bebekan atau Lapangan Gemek, Kecamatan Kedungwuni. Warung itu milik Casroni. Namun kini diurus istri dan anak-anaknya.

"Dari cerita simbah-simbah dan orangtua saya, pindang tetel ini berasal dari Desa Ambokembang, Kedungwuni. Terus kata tetel kan dari daging sapi tetelan itu," kata Nur Rochim (33), anak dari pemilik pindang tetel Casroni, Minggu (4/3/2023).

Menurut Nur penjual Pindang Tetel, orangtuanya sudah berjualan pindang tetel ini hampir 30 tahun. Awalnya orangtuanya jualan pindang tetel secara keliling. Akhirnya mangkal di perempatan dekat SMAN 1 Kedungwuni. "Setelah itu pindah di trotoar hingga sekarang," ujarnya.


Ciri khas pindang tetel terletak dari penyajiannya. Sama seperti rawon, warna coklat kehitam-hitaman kuah pindang tetel berasal dari keluak atau keluwek. Berpadu dengan irisan daun bawang dan puluhan jenis rempah.

Selain tetelan daging sapi, pindang tetel juga berisi kerupuk pasir atau yang sering disebut orang Pekalongan yaitu kerupuk usek.

"Kerupuk usek ini yang membuat pindang tetel identik. Usek diremas dahulu lalu diguyur kuah pindang tetel. Kalau menggunakan kerupuk minyak biasa, rasa kuahnya bisa berubah dan sensasinya juga beda," ungkapnya.

Untuk satu porsi pindang tetel di jual dengan harga Rp12 ribu. "Lebih enak lagi, pindang tetel dicampur dengan lontong dan kerupuk usek," katanya.

Warungnya mulai buka dari pukul 16.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Daging sapi yang dihabiskan setiap harinya sekitar 10 kg. Pembeli paling ramai saat weekend. Pernah warungnya tutup pukul 19.00 WIB, karena sudah habis semua. Nur menambahkan, banyak pembeli dari luar kota heran karena nama makanan pindang tetel, akan tetapi tidak ada pindangnya.

Fany salah seorang pembeli pindang Tetel menuturkan, pindang tetel ini kayak rawon. Kuahnya kehitam-hitaman. "Rasanya kayak rawon, tapi ini rasanya enak sekali," ujarnya

Fany sempat kaget, namanya pindang tetel tapi tidak ada pindangnya. "Saya kira pindang tetel ini ada pindangnya, setelah makan ternyata tidak ada pindangnya," imbuhnya.


Penulis
:
Editor
:
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru