Ia mengatakan di tengah ekonomi global yang saat ini tak stabil, Indonesia sebenarnya memiliki kinerja ekonomi yang baik.
Hal itu terlihat dari produk domestik bruto (PDB) yang tumbuh 5,44 persen pada kuartal II dan 5,7 persen di kuartal III 2022. Neraca perdagangan juga mengalami surplus dalam 30 bulan terakhir.
Namun, Jokowi meminta seluruh pihak untuk tetap hati-hati dan memiliki kewaspadaan terhadap apapun yang akan terjadi di masa mendatang.
"Kita semuanya harus memiliki sense of crisis, betul-betul siap atas segala kemungkinan yang terjadi, yang tanpa kita prediksi, tanpa kita hitung, semuanya kita harus siap," imbuhnya.
Sementara itu, Plt Staf Ahli Menteri Dalam Negeri Bidang Ekonomi dan Pembangunan La Ode Ahmad mengatakan segala upaya dilakukan pemerintah termasuk rapat setiap pekan demi pengendalian inflasi.
"Kemendagri melakukan rapat koordinasi pengendalian inflasi tiap pekan, untuk bisa memastikan bahwa masing-masing kita sesuai dengan tugas dan fungsinya melakukan langkah-langkah strategi," ujarnya, Kamis (12/1/2022) lalu.
Kemendagri juga memberikan surat edaran berisi langkah penguatan pangan yang bisa dilakukan. Langkah ini cukup berhasil, sehingga banyak daerah mampu mengendalikan inflasi.
Salah satunya, instruksi agar pemda bisa menggunakan 2 persen dari Dana Transfer Umum (DAU) nya untuk mengendalikan inflasi. Dana tersebut diberikan sebagai bentuk subsidi untuk kendaraan logistik.
"Dia (daerah) punya APBD misalnya, dia punya biaya tak terduga misalnya, ini mau diapain, gimana caranya untuk mengendalikan inflasi misalnya. Jadi kami menyiapkan tools untuk itu, kita berikan surat edaran," jelasnya.