bulat.co.id - Pernyataan dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The
Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell membuat harga emas jalan di tempat. Pada
penutupan perdagangan Rabu (8/3/2023), emas ditutup pada posisi US$ 1.813,59
per troy ons atau menguat tipis 0,004%.
Sedangkan harga emas pada pagi hari ini, (9/3/2023, yakni di
posisi US$ 1.815,03 per troy ons. Harganya menguat 0,08%. Penguatan emas yang
sangat tipis pada hari ini terjadi setelah emas ambruk 1,81% pada perdagangan
Selasa (7/3/2023).
Baca Juga: Miliki Harta Rp13,7 Miliar, Kepala Bea Cukai Makassar Diperiksa Kemenkeu
Harga emas ambruk pada Selasa setelah Powell menegaskan jika
The Fed tak ragu menaikkan suku bunga acuan lebih tinggi dengan periode lebih
lama selama inflasi masih tinggi.
Pernyataan Powell langsung melambungkan dolar AS. Indeks
dolar menguat ke posisi 105,62, atau level tertingginya sejak November 2022.
Analis MKS PAMP SA, Nicky Shiels, mengatakan emas bisa
menguat jika data ekonomi AS mendukung kebijakan The Fed yang lebih dovish.
Pelaku pasar kini mengunggu data tenaga kerja yang akan keluar Jumat mendatang.
"Emas bisa saja rally lebih kencang jika ada data yang
bisa mendukung kebijakan dovish. Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dalam
waktu yang lama juga bisa membuat ekonomi AS dalam risiko hard landing,"
tutur Shiels, seperti dilansir dari CNBC Indonesia.
Dia memperkirakan emas masih akan bertahan di kisaran US$
1.800 per troy ons sampai The Fed menggelar rapat pada 21-22 Maret mendatang.
Namun, analis Blue Line Futures, Phillip Streible, mengingatkan
emas masih rawan pelemahan.
"Ada beberapa data yang bisa menjadi risiko bagi
pergerakan emas ke depan. Ada data ketenagakerjaan Jumat ini dan inflasi AS
pada Selasa pekan depan," ujarnya, dikutip dari Reuters.