Ditengah Kesulitan Ekonomi, Seorang Warga Pemalang Bertahan Hidup Sebagai Pembuat Arang Kayu 

Dedi S - Sabtu, 10 Agustus 2024 11:33 WIB
Ditengah Kesulitan Ekonomi, Seorang Warga Pemalang Bertahan Hidup Sebagai Pembuat Arang Kayu 
Ragil
Kang Ipin salah seorang pembuat arang di Pemalang yang masih bertahan sampai saat ini ditengah kesulitan ekonomi
bulat.co.id -PEMALANG I Arang adalah residu hitam berisi karbondioksida murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan.

Untuk jenis arang kayu pada umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu hingga kering (gosong).

Ada berbagai macam jenis arang, akan tetapi pada prinsipnya di proses melalui pemanasan, seperti arang batu, briket arang, arang serbuk gergaji, arang tempurung kelapa, arang dedaunan, dan lainnya.

Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.

Untuk jenis arang kayu terbuat dari bahan dasar kayu. Arang ini paling banyak digunakan untuk keperluan memasak.

Secara umum, aneka jenis arang selain untuk memasak, digunakan sebagai penjernih air, penggunaan dalam bidang kesehatan, media seni lukis, dan masih banyak lagi.




Bahan arang kayu yang digunakan untuk pembuatan arang dipilih kayu yang sehat dan padat, tidak membusuk atau lapuk.

Kebutuhan akan arang kayu di jaman sekarang masih tetap dibutuhkan, walaupun sudah tidak sebanyak dulu.

Yang mana arang pernah digunakan oleh dunia untuk sumber energi bahan bakar kereta (peralatan transpotasi), alat rumah tangga seperti setlika, dsb.

Saat ini arang lebih khusus untuk kebutuhan memasak, terutama bagi warung-warung makan. Di beberapa bagian justru permintaan arang di pasaran meningkat, seiring bertambahnya pedagang makanan.

Yang khas dari budaya di Indonesia adalah kuliner "Sate". Sate adalah makanan berbahan daging yang cara memasaknya dengan dibakar memakai arang.

Selain kuliner lainnya seperti pada warung-warung angkringan untuk memasak air pada teko besar.

Untuk produksi arang sendiri, saat ini tidak terlalu banyak pengrajin arang dalam kawasan sentra, namun masih tetap saja ada pengrajinnya hampir di seluruh wilayah Indonesia, meski hanya sedikit.

Tasripin atau biasa di panggil Ipin, lelaki tua berusia 60 tahun ini, adalah warga Kampung Mengoneng, Kelurahan Bojongbata, Pemalang Kota, sudah lama menggeluti usaha membuat arang kayu.

Meskipun sekelas industri rumahan saja tidak, akan tetapi dari ketelatenannya membuat usaha pembuatan arang ini, bagi dirinya bisa menghidupi kebutuhanya, meski hidup dalam kesederhanaan.

Lelaki yang dikenal di kampungnya sebagai orang yang tidak bisa diam ini, karena bekerja serabutan, di samping profesi utamanya sebagai pembuat arang.

Bapak dengan 6 orang anak ini sudah lama menggeluti usaha pembuatan arang. Dirinya sengaja memilih bahan kayu keras, antara lain, kayu pohon mangga, jambu, nangka, pete, dsb.

Namun kayu mangga adalah bahan yang sering digunakan untuk pembuatan arang.




Menurut Ipin ketika ditemui di tempat pembakaran arang belakang rumahnya, pada Sabtu ( 10/8 ) menuturkan, untuk sekali pembakaran kayu mangga, bisa menghasilkan 2 sampai 3 kuintal arang, dengan waktu pembakaran 2 hari 2 malam. Harga jualnya per 50 kilogram seharga 100 ribu rupiah.

" Untuk bahan kayu saya tidak membeli, mencari bekas tebangan pohon yang sudah tidak dipakai oleh pemiliknya, " kata Ipin.

Andre, penjual ayam bakar langganan arang kayu buatan Mang Ipin, mengatakan, untuk pembelian arang bakar buat warung ayam bakarnya, dia memesan 3-4 hari sekali.

"Arang kayunya bagus, tidak cepat habis alias awet bara apinya, sehingga bagus untuk bakaran ayam," katanya.

Di tempat pembakaran arang,Ipin mengatakan, bahwa membuat arang ini di samping untuk sedikit penghasilan, untuk mengusir kejenuhan juga, karena dirinya sudah lama di tinggal mati istrinya.

"Daripada melamun mas lumayan, untuk kegiatan harian, meski tidak seberapa hasilnya," katanya.

Dari wajah Ipin terlihat gambaran kelelahan, betapa panjang cerita dan perjalanan hidupnya. Wajahnya terus menghitam, badannya pun hitam legam, karena setiap hari di terpa asap bakaran arang.

Pencaran cahaya yang berwarna semakin terang akan terus terang, tidak hitam gelap gulita terutama bagi generasi masa depan.

Cukuplah pejuang hidup seperti Ipin sebagai kaca benggala, buat generasi muda.

Ipin mengingatkan kita semua, bahwa paradoksal Indonesia negeri yang subur dan makmur, bagian itu masih terpotret nyata.

Kepada siapa harus mengadu, jutaan Ipin di Indonesia, sedangkan Tuhan telah memberikan kekayaan alam yang berlimpah untuk Indonesia.

Penulis
: Ragil Surono
Editor
: Dedi S
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru