Harga emas menguat 0,19 Persen, Tapi Masih Rapuh

- Senin, 19 September 2022 10:49 WIB
Harga emas menguat 0,19 Persen, Tapi Masih Rapuh
Emas (Foto: Istimewa)

bulat.co.id - Harga emas mulai menggeliat. Pada perdagangan Senin (19/9/2022) pukul 06:02 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.678,09 per troy ons. Harga emas menguat 0,19%.

Penguatan hari ini memperpanjang tren positif emas yang sudah berlangsung sejak Jumat pekan lalu. Pada perdagangan Jumat (16/9/2022), harga emas juga menguat 0,67% ke posisi US$ 1.674,5 per troy ons.

Namun dalam sepekan, harga emas masih anjlok 2,7% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas ambles 4% sementara dalam setahun anjlok 4,9%.

Emas sempat hancur lebur pada pertengahan pekan lalu dan melemah pada Selasa-Kamis. Harganya pun terlempar ke bawah level psikologis US$ 1.700 per troy ons.

Harga emas ambruk setelah inflasi Amerika Serikat (AS) pada Agustus mencapai 8,3% (year on year). Inflasi tersebut melaju di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan inflasi AS berada di angka 8,1%.

Analis dari Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan penguatan emas dibantu oleh melemahnya dolar AS. Dolar yang melemah membuat emas semakin murah sehingga menarik investor.

Merujuk pada data Refinitiv pukul 06:08 WIB, indeks dolar pada pagi hari melemah ke 109,57 atau terendah sejak sepekan terakhir. "Dolar AS cenderung bergerak negatif dan ini membuat trader meningkatkan pembelian emas," tutur Streible, seperti dikutip dari CNBC.

Analis Heraeus Precious Metals Tai Wong menjelaskan emas sempat ambruk pada pertengahan pekan lalu karena panic buying investor setelah data inflasi keluar.

Data inflasi yang di atas ekspektasi membuat pasar mulai berspekulasi jika bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada Rabu pekan ini.

Emas kembali menguat setelah investor kembali tenang. Namun, Wong mengingatkan emas masih rawan melemah ke depan karena ada pertemuan The Fed dan long weekend di Inggris.

"Sepertinya ada kepanikan mendadak yang terjadi pada pelaku pasar setelah adanya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bps," tutur Wong, kepada Reuters. (Red)

Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru