bulat.co.id - Air Zamzam tak pernah kering sejak pertama kali muncul di
tengah gurun ribuan tahun silam. Kenapa bisa?
Air itu pertama kali muncul ketika Nabi Ismail yang masih
bayi kehausan bersama ibunya, Siti Hajar, di tengah gurun. Sumur ini muncul
ketika malaikat Jibril yang diutus Allah SWT mengentakkan kakinya ke tanah.
Baca Juga: Tradisi Unik Ramadan di Berbagai Negara
Seketika muncullah air dari dalam tanah. Sumur tersebut lalu
digunakan Siti Hajar untuk memberi minum Ismail, yang saat itu sedang ditinggal
pergi ayahnya Nabi Ibrahim.
Menurut dokumen sejarah, kedatangan Nabi Ismail ke Mekkah
terjadi pada 1910 SM. Itu artinya, sumur Zamzam sudah berusia sekitar 4.000 tahun
menurut kalender Hijriah.
Berusia sedemikian lama, air di sumur Zamzam tak juga
mengering. Profesor Geologi dan sumber Air di African Research Institute Abbas
Sharaqi mengatakan "non-deplesi di geologi berarti airnya bisa diperbarui.
Air tanah bisa diperbarui seperti dalam kasus air Zamzam, atau tidak bisa
diperbarui," kata dia seperti dilansir CNN Indonesia, Jumat (7/3/2023).
Sharaqi lalu membandingkan air di sumur Zamzam dengan oasis
Nubian yang terletak di Gurun Sebelah Barat. Menurut Sharaqi, oasis itu tidak
dapat diperbarui. "Airnya tidak bisa memperbarui diri mereka sendiri selama
bertahun-tahun," kata dia.
Hal tersebut berbeda dengan Zamzam. Sharaqi mengatakan,
sumber air Zamzam datang dari hujan di kota Mekkah.
Kota tersebut adalah area pegunungan "sehingga salah
satu dari banyak lembah mengandung lembah Ibrahim yang menjaga Zamzam dengan baik
di area rendah," kata dia.
Ia mengatakan ada 14 deposit sungai yang disebabkan oleh air
hujan di gunung yang jatuh ke dataran rendah dan berubah menjadi sedimen.
Proses tersebut memakan waktu jutaan tahun agar menghasilkan sumur Zamzam sedalam
14 meter.
Di dasarnya, ada kumpulan batuan yang menyebabkan total
kedalaman menjadi 35 meter, 14 meter sedimen, dan 21 meter di dalam
batu-batuan.
Dengan proses air hujan dan penyimpanan itulah, air Zamzam
menjadi diperbarui."Air sumur Zamzam digunakan untuk air minum para jamaah
haji dan air minum tidak digunakan dengan skala seperti misalnya air untuk
pertanian," kata Sharaqi.
Sharaqi menambahkan, Mesir memiliki sumur-sumur yang mirip
dengan Zamzam: dapat menyimpan dan mengambil air sehingga bisa diperbarui.
"Sumur Zamzam telah digunakan selama 4 ribu tahun. Itu
membuat kita berpikir, jika tak ada hujan di Arab Saudi, air akan berkurang.
Namun, mempertimbangkan bahwa iklim stabil dan tidak berubah, sumur Zamzam
tetap seperti sedemikian rupa," katanya.
Perawatan sumur
Pemerintah Arab Saudi sendiri telah menugaskan Saudi
Geological Survey's Zamzam Studies and Research Center untuk memantau level air
Zamzam dan akuifer di sekitarnya.
Selain itu pada 2013, Arab Saudi lewat proyek King Abdullah
bin Abdulaziz Zamzam Water Project (KPZW) telah mengubah sistem distribusi,
pemantauan, perawatan, dan ekstraksi air Zamzam.
Air dipompa lewat pipa baja bawah tanah ke situs KPZW di
Kudai yang terletak 5 km sebelah selatan Masjidil Haram. Di situs tersebut, air
Zamzam dimurnikan dan disterilisasi menggunakan penyaring dan sinar
ultraviolet.
Proses tersebut dipantau lewat ruang kontrol pusat
berteknologi tinggi. Setelah proses tersebut, air ditransfer ke salah satu dari
dua reservoir. Reservoir pertama di Kudai punya kapasitas 10 ribu kubik meter
dan memasok air lewat pipa ke air mancur minuman di Masjidil Haram.
Dari Kudai, armada truk tangki mengangkut hingga 400.000
liter per hari ke Waduk Raja Abdulaziz Sabeel di Madinah, yang berkapasitas
16.000 meter kubik dan memasok air ke Masjid Nabawi.